Arti Dibalik Baju Adat Tradisional Lampung
Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan budaya, Hal ini dikarenakan Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang masing-masing daerahnya mempunyai budaya dan tradisinya sendiri. Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, provinsi Lampung juga mempunyai tradisi, budaya dan seni tersendiri, yang merupakan ciri khas dan tentunya juga merupakan kebanggaan dari daerah Lampung. Salah satu ciri khas daerah Lampung yang berbeda dengan daerah-daerah lainnya adalah dalam hal pakaian adat.
Tetapi sayangnya ciri khas dan kebanggaan daerah tersebut saat ini sudah banyak Terlupakan oleh generasi generasi muda sekarang khususnya generasi muda Lampung, Hal ini dikarenakan kehidupan masyarakat semakin dinamis, dengan maksud, bahwa pada zaman teknologi dan dalam perkembangannya sebagai bangsa di tengah-tengah pergaulan dunia, keterbukaan budaya dan interaksi dengan kebudayaan asing, masyarakat berkembang mengikuti perkembangan zaman, tentu terjadi perubahan-perubahan. Seperti contoh perubahan rasa, dalam hal cita rasa yang dimiliki oleh setiap individu tentu selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, yang tentunya hal ini mengakibatkan semakin berkurangnya pengetahuan generasi generasi yang akan datang akan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita akibat derasnya arus budaya asing dan laju pembangunan dalam kehidupan bangsa yang dilakukan saat ini.
Tradisi sebagai akar arkeologis kebudayaan suatu bangsa yang tumbuh dalam diri manusia sebagai makhluk budaya, dalam konteksnya dengan kehidupan sehari-hari, harus terus-menerus ditemukan lagi makna kultural nya agar tidak membeku dan menjadi involusi, sehingga baiknya kita sebagai generasi muda Lampung yang memiliki kebudayaan tradisi harus mengetahui sejak dini nilai nilai simbolik yang melekat dari baju adat dimaksud, karena semakin lama akan semakin langka orang tua atau sesepuh yang memahami tentang makna kultural dari baju adat Lampung tersebut. Untuk mengingatkan kita akan arti penting nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung dalam
baju adat Lampung, berikut arti cultural dari
baju adat tersebut:
1. Siger
Sebagai mahkota adat Putri Lampung, tersebut dari bahan logam berwarna kuning keemasan, berbentuk gerigi lancip dan diatasnya berlekuk-lekuk. Dikenakan di kepala sebagai mahkota kehormatan/ keagungan dan kebesaran adat yang dipakai pada upacara-upacara adat/ begawi, maupun penobatan gelar atau acara-acara resmi menyambut tamu agung kendaraan. Pada Siger pepadun terdapat 9 Jurai yang melambangkan 9 Marga asal Lampung. Conan pada Zaman sebelum masehi di skala berak ( pada saat penyebaran penduduk di Asia) di Bukit Pesagi terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil, tapi mereka kalah oleh penduduk asli( suku Tumi), di Bukit Pesagi itu terdapat pohon (meransa kePampang) yang disembah oleh suku Tumi, pohon ini sejenis pohon nangka yang getahnya beracun, akarnya di atas dan daunnya di bawah sehingga membuat suku Tumi tersebut mengusir para pendatang. Yang mengalahkan suku Tumi tersebut adalah 9 orang dari perwakilan Marga Marga, dari kesembilan orang tersebut 2 orang mati dan 7 orang selamat. Untuk menghormati mereka maka pada Siger pepadun dibuat 9 puncak puncak. Tapi pada Siger pesisir hanya terdapat tujuh Puncak, Conan dikarenakan mereka hanya menghitung orang yang kembali saja.
2. Pesangko
Semacam Siger tapi lebih kecil, terbuat dari logam berwarna kuning keemasan. Dulu dibuat karena Siger terlalu besar untuk anak-anak maka dibuatkan Siger yang lebih kecil yaitu pesangko.
3. Ikat pujuk/ kilat akinan
Merupakan ikat kepala dari kain, biasa dipakai oleh pria. Karena ujungnya berbentuk Lancip sehingga disebut pupuk (pojok). Ikat kepala ini dulu merupakan pakaian orang yang sudah tua. Kalau bujang biasanyaKalau bujang biasanya memakai pandan atau peci yang diikat oleh hiasan seperti duri bentuk daun pandan. Ada beberapa cara mengikat kain ini sehingga menjadi ikat kepala, diantaranya:
a. Gulos kirim (gula merah), kain tersebut diikat dari depan, segitiganya di belakang, dipakai oleh orang tua yang sudah turun jabatan atau kedudukan.
b. Punah meghem (burung sedang mengeram), kain diikat dari samping kanan dan segitiganya di samping kiri, ikat ini merupakan pakaian penyimbang yang maksudnya sebagai pelindung bagi rakyat/muridnya.
c. Tajak, kain tersebut diikat dari belakang dan segitiga atau lancipnya ada di depan.
4. Bellatung
Sebuah sanggul yang berbentuk Malang, dikarenakan pada zaman dahulu wanita berambut panjang dan jika bersisir dililitkan menjadi seperti angka 8 atau Malang.
5. Gharu
Merupakan hiasan sanggul berbentuk Sigara kecil yang dibawahnya terdapat sisir untuk ditusukkan dipanggil. Tapi sekarang Gharu Ini bisa juga tanpa sisir melainkan ditusukkan seperti tusuk konde. Gharu ini dulu dipakai sebagai baju sehari-hari yang melambangkan kecantikan dan keagungan seorang wanita.
6. Kembang melati/ kembang melur
Sebuah hiasan sanggul yang dililitkan di atas sanggul penari, terbuat dari kertas atau kain yang berbentuk kembang melati dan berarti suci dan murni. Kembang melati ini dimaksudkan untuk menambah keindahan dan kecantikan penari.
7. Peneken
Sebenarnya penekan ini tidak termasuk pakaian adat, tetapi dalam perkembangannya dibuat sebagai penambah Siger agar tidak lepas dan merusak dandan. Pendekar merupakan hiasan kepala wanita/ Putri baik yang tidak mengenakan maupun mengenakan segera atau pesangko. Hiasan ini terbuat dari kain bludru yang berhiaskan pernak-pernik.
8. Bebe
Nama salah satu unsur
baju adat Putri Lampung yang berbentuk daun bunga teratai berwarna putih, yang dikenakan sebagai penutup bahu dan dada. Bebe ini ada setelah Indonesia merdeka, dulu baju yang dipakai hanya kain sampai ke dada seperti kemben Jawa, tapi setelah perkembangan zaman masyarakat memakainya untuk kesopanan sebagai penutup aurat juga untuk menambah keindahan sebuah baju.
9. Gelang bibit
Gelang ini dipakai pria maupun wanita, berbentuk lingkaran pipih dan tipis terbuat dari logam berwarna kuning keemasan. Dikatakan bibit karena gelang ini berada paling awal dari pergelangan tangan, di mana bibit itu sendiri berarti mula, awal atau benih. Awalnya ukiran yang terdapat pada gelang ini tidak berlubang-lubang tetapi sekarang untuk menambah keindahan gelang ini ukirannya dibuat berlubang-lubang.
10. Gelang ruwi
Sebuah gelang yang dipakai bersama-sama dengan gelang bibit, Kano dan gelang burung oleh pria maupun wanita, terbuat dari logam berbentuk gerigi seperti kulit durian berwarna kuning keemasan. Gelang ini dipakai setelah gelang bibit yang melambangkan keberanian dalam menjaga keamanan dan sebagai penangkis jika ada penjahat yang menyerang.
11. Gelang kano
Gelang ini tercipta karena pengaruh dari agama Hidup, yang dipakai baik pria maupun wanita. Gelang ini lebih besar dari gelang Rugi, berbentuk belah rotan terbuat dari bahan logam berwarna kuning keemasan, gelang ini melambangkan kejayaan kekayaan dan kegagalan.
12. Gelang burung
Sebuah gelang adat pria dan wanita, yang dipakai di bahu seperti ikat bahu pada tarian Jawa tradisional, berbentuk seekor burung terbuat dari logam kuning keemasan. Gelang ini melambangkan kebebasan, dipakai diatas lengan karena burung biasanya ada di atas. Gelang ini ada karena pengaruh dari agama Hidup.
13. Pending
Sebuah ikat pinggang yang berukir burung merak melambangkan kekuasaan, keagungan dan kebiasaan, dipakai oleh pria dan wanita. Pendingin di ada karena pengaruh dari daerah luar Lampung, tetapi tidak diketahui dengan jelas Dari mana asal muasal sebenarnya dikarenakan hampir seluruh daerah di Indonesia mempunyai ikat pinggang seperti ini.
14. Bulu serette
Sejenis ikat pinggang, yang dipakai oleh pria, dan mempunyai fungsi sebagai pengikat untuk keamanan baju agar rapi. Terbuat dari kain beludru yang dihiasi Bundaran keemasan Di mana bundaran tersebut ada 7 atau 9 buah yang melambangkan status sosial si pemakai. Tetapi sekarang telah dimodifikasi dengan motif-motif ornamen keemasan lainnya. Bulu serette ini berasal dari Lampung asli sejak kerajaan Tulang Bawang.
15. Buah jukun
Merupakan aksesoris asli Lampung yang ada sejak kerajaan Tulang Bawang. Buah jukun adalah kalung adat berupa rantai berbentuk bulat bergerigi yang dipakai oleh para pria dan wanita, terbuat dari bahan logam berwarna kuning keemasan. Dinamakan buah jukun konon disebabkan karena bentuknya seperti batang jukun yang berduri-duri dan mempunyai maksud sebagai lambang kekuasaan si pemakai dalam mempersatukan masyarakatnya, dulu semakin banyak seseorang memakai buah jukun ini maka semakin tinggi status sosialnya.
16. Papan jajar/ bulan temanggal
Sebuah kalung bersusun tiga yang terbuat dari logam keemasan. Kemungkinan kalung ini berasal dari pendatang/ daerah lain, karena kalung ini sama dengan kalung dari daerah-daerah lain di luar Lampung, kalung ini melambangkan pertahanan diri.
17. Selapai
Merupakan
baju adat Putri/ wanita baju adat Putri wanita semacam kain selendang yang di selempangan kan dari bahu. Sebenarnya Salapai ini dulu terdiri dari kain selendang Jung sarat, kain Cintai, kain sebagian, kain putih atau merah, hitam dan kuning, yang keseluruhannya disebut Salafi Pa'. Kain-kain tersebut melambangkan status sosial seseorang, semakin banyak seseorang memakainya maka semakin tinggi status sosialnya. Selapai ini berasal dari kerajaan Tulang Bawang.
18. Selempang pinang
Merupakan Salapai yang diselempangkan saling melintang. Sekarang selempang mengalami perubahan bentuk nya, perubahan itu terjadi sesudah kemerdekaan kira-kira pada tahun 50-an. Konon perubahan ini terjadi dikarenakan pada zaman penjajahan Jepang di mana Pada saat itu barang-barang habis, dan untuk melengkapi barang-barang tersebut tidak ada sehingga dibuatlah yang lebih praktis sekarang bentuknya terbuat dari logam kecil-kecil ditambah dengan pecahan kain kain yang dipakai menyelempang.
19. Sabik Inuh
Sebuah kalung lampung asli yang dipakai oleh pria dan wanita, berbentuk bulat telur yang bergandengan, terbuat dari logam berwarna kuning. Kalung ini melambangkan kebulatan tekad, kesatuan dan mudah pikiran.
20. Pengunten/ tepak
Sebuah peralatan tari sembah yang dibawa oleh salah seorang penari, sebagai tempat sekapur sirih yang disuguhkan kepada salah satu tamu agung/ pejabat tinggi yang hadir dalam upacara tersebuut. Sebagai sarana perkenalan, penghormatan dan penyambutan dalam tata cara lampung. Terbuat dari logam berbentuk kotak kuning keemasan.